PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI ALMASTHURIYAH
Satu ketika salah seorang sahabat bertanya, dari mana saja belajar kepemimpinan, Tanpa ragu saya menjawab, “dari Al-Masthuriyah.”
Bagi saya, Al-Masthuriyah benar-benar merupakan training camp buat pemimpin masa depan. Apa yang saya alami, dan saya yakin juga di alami oleh banyak santri yang lain, adalah pendidikan karakter yang luar biasa kaya dan mencerahkan. Tentu saja tidak semuanya bisa dijalankan dengan mudah dan enak. Tapi mengingat hasilnya, pengalaman-pengalaman selama tiga tahun di Al-Masthuriyah menjadi kenangan indah yang penuh inspirasi.
Kemandirian. Ini adalah modal utama para santri, kapan dan di manapun, tak terkecuali di Al-Masthuriyah. Santri harus mandiri dalam memenuhi kebutuhan dan menjalankan kewajibannya. Mulai dari mandi, mencuci pakaian, antri makanan, hingga belajar, pengelolaan keuangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Keberhasilan santri dalam membangun kemandirian diri dapat dilihat dari kemampuannya mengatur keseharian hidupnya di Pesantren. Kemampuan ini kelak akan menjadi bekalnya untuk hidup secara mandiri di mana pun dia berada.
Disiplin. Kemampuan mendisiplinkan diri merupakan keharusan bagi seorang santri. Kedisiplinan dilatih melalui kewajiban sholat berjamaah di awal waktu, hadir di kelas untuk sekolah tepat waktu, mandi dan makan pada waktunya, dan kegiatan-kegiatan lain yang telah dijadwalkan. Tanpa kedisiplinan, santri tidak akan mampu mengikuti irama kehidupan pesantren. Kehidupan pesantren melatih kedisiplinan santri secara praktis dan aplikatif.
Tanggungjawab. Selain mandiri, santri harus belajar bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Tanggungjawab diwujudkan dalam bentuk hubungan dengan sesama santri dan dengan asatizah di lingkungan pesantren. Selain tanggungjawab pribadi dengan berbagai tantangan yang dihadapi di pesantren, santri Al-Masthuriyah juga memiliki tanggungjawab kolektif ketika melaksanakan tugas patrol. Patrol adalah tugas kelompok yang harus dilakukan santri secara bergiliran untuk menjaga kebersihan lingkungan pesantren dan mengingatkan santri-santri lain terhadap kegiatan harian seperti sholat berjamaah, pengajian dan sekolah. Sebagian santri ada juga yang memperoleh tanggungjawab tambahan sebagai pengurus organisasi santri dan/atau organisasi siswa.
Kerjasama. Patrol, sebagaimana dijelaskan di atas, bukan hanya soal tanggungjawab, tetapi juga kerjasama. Kelompok santri yang bertugas patrol harus bekerjasama dan berbagi tugas guna mensukseskan misi mereka. Petugas Patrol yang tidak mampu bekerjasama akan mengalami sanksi sosial di kalangan santri, dan sulit bersosialisasi. Kerjasama juga harus terjadi antar santri dalam satu kamar dan satu asrama. Di sini peran Lurah (ketua asrama) amat penting untuk membentuk kekompakan dan kerjasama santri dalam satu asrama.
Rendah hati. Kerendahan hati sangat diperlukShare PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI ALMASTHURIYAH via