KH. Masthuro: Pendiri Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi


K.H. Masthuro dilahirkan pada tahun 1901 di Kampung Cikaroya, sebuah kampung yang bertetangga dengan Kampung Tipar tempat Al-Masthuriyah kini berada. Ayahnya bernama Amsol yang kesehariannya bertugas sebagai Amil atau Lebe yang mengurusi masalah keagamaan di desa. Bapak Amsol adalah nama samaran dari Asror. Beliau menggunakan nama samaran itu untuk menghindar dari kejaran Belanda. Karena tidak mau tunduk ke penjajah, ia melarikan diri dari Kuningan ke Bogor yang kemudian memperoleh istri dari Cimande Bogor yang bernama Ibu Eswi.

Dalam hal pendidikan keagamaan, sebagaimana kebiasaan masyarakat pedesaan pada masa itu, K.H. Masthuro memulai kegiatan mencari ilmunya dengan belajar membaca Al-Quran yang dimulai pada saat berusia enam tahun, yaitu pada tahun 1907. Guru pertamanya dalam membaca Al-Quran adalah Ayahnya sendiri, Bapak Amsol. Kemudian pada tahun 1909 di usianya yang kedelapan, ia pergi menuntut ilmu di Pesantren Cibalung, Desa Talaga, Kecamatan Cibadak, Sukabumi yang dipimpin oleh K.H. Asyari. Di Pesantren ini K.H. Masthuro selain memperdalam penguasaan membaca Al-Quran, juga mulai mempelajari kitab-kitab kuning. Di sinilah pertama kali ia mengenal kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan di banyak pesantren hingga sekarang.

Pada tahun 1911, K.H. Masthuro masuk sekolah kelas II di Rambay Cisaat. Pada tahun 1914, setelah tiga tahun belajar di sekolah ini, ia berhasil lulus dengan memperoleh ijazah. Selain belajar di Rambay, ia juga mengaji kitab-kitab kuning di Pesantren Tipar Kulon yang dipimpin oleh K.H. Kartobi. Di pesantren ini, ia memperdalam kembali apa yang pernah diperolehnya di Pesantren Cibalung.

Selepas menamatkan pendidikannya di sekolah di Rambay, K.H. Masthuro kembali menjelajah dunia pesantren. Pada tahun 1914, ia kembali mengaji kitab-kitab kuning di Pesantren Babakan Kaum Cicurug, Sukabumi yang dipimpin oleh K.H. Hasan Basri.
Pada masa yang sama, K.H. Masthuro juga ikut mengaji di Pesantren Karang Sirna Cicurug yang dipimpin oleh K.H. Muhammad Kurdi. Jarak yang tidak begitu jauh dari pesantren tempat ia tinggal, memungkinkannya untuk mengaji di dua pesantren pada saat yang bersamaan. Di pesantren ini, seperti juga di pesantren-pesantren lainnya, K.H. Masthuro mempelajari kitab-kitab kuning terutama yang belum dipelajarinya.

Di dua pesantren di atas, K.H. Masthuro hanya mengaji selama satu tahun saja. Pada tahun berikutnya, 1915, K.H. Masthuro mengaji kitab-kitab di pesantren Paledang Cimahi Cibadak Sukabumi pimpinan K.H. Ghazali.

Masih di tahun yang sama, yaitu 1915, K.H. Masthuro berpindah ke Pesantren Sukamantri Cisaat yang diasuh dan dipimpin oleh K.H. Muhammad Sidiq. Pada tahun 1916, ia mempelajari kitab-kitab di Pesantren Pintuhek, Sukabumi, yang dipimpin oleh K.H. Munajat. Kemudian pada tahun 1918, K.H. Masthuro mengaji kitab-kitab di Pesantren Share KH. Masthuro: Pendiri Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi via

©2017 - 2026 almasthuriyah.id, All Rights Reserved